27 April 2009

(dilema) Memilih: antara menerima dengan syarat, atau menolak dengan syarat…

Emang begitu bahasa kerennya. Dilemma, dilematis. Mmhh..mirip seorang direktur perusahaan yang harus memutuskan sebuah deal politis bagi kelangsungan hidup perusahaan. Tidak jauh beda dengan seorang striker sebuah kesebelasan ketika harus memutuskan untuk menendang langsung bola atau mengoper ketika sudah berhadap-hadapan dengan kiper kesebelasan lawan. Mirip juga dengan seorang artis atau pelamar yang harus meneken kontrak kerja ketika diterima dalam sebuah lingkungan kerja.

Tapi ini bukan perusahaan, ini bukan tim sepak bola, dan juga bukan melamar kerja atau menjadi artis. Ini tentang menikah…marriage, begitu wong londo bilang. Tapi toh resikonya juga sama, sama-sama memiliki impak dalam jangka panjang. Salah memutuskan berarti kelangsungan hidup juga terancam. Perusahaan bisa bangkrut, tim sepak bola bisa kalah karena striker gagal menyarangkan gol, artis bisa dirugikan produser selama karir, atau calon karyawan yang menjadi hanya menjadi perahan bos karena nego gaji yang tidak sempurna, dan parahnya bagi laki-laki atau perempuan bisa mendapatkan kadal buntung dalam kehidupan keluarganya. Kita harus memilih untuk memutuskan, ataukah kita harus memutuskan untuk memilih? Mumet juga to?

Aku rasa demikian kondisiku saat ini. harus memilih apakah aku harus memilih dia atau tidak. Memilih dia berarti aku harus menerima ketidaksepenuhan hati. Menolaknyapun berarti aku harus bisa menemukan seseorang yang bisa kuterima dengan sepenuh hati. Akupun berpikir bahwa sepenuh hati atau tidak itu sama. Karena ketika aku sudah memutuskan maka konsekuensinya adalah aku telah menerima keputusanku dengan kesadaran. Padahal kesadaran sendiri itulah penerimaan dari sepenuh hati. Tetapi menolaknyapun aku belum dapat pengganti..*wadduh..kacau cung, harus nyari nek gak jadi sama dia*

Sedikit bercerita tentang harapanku akan seorang istri. Aku memiliki banyak kriteria tentang calon istriku, hmm..calon itukan nantinya menjadi istri to?...

Pertama, aku menginginkan istriku bisa kuterima dengan hitungan fisik. *Jangan senyum sok tahu begitu..akupun yakin kalian juga sepakat denganku* cantik..jelas ya to? Apa kalian mau istri yang kalian pilih itu jelek..heh? tunjuk jari!

Cantik tidak harus mirip ini, tapi kecantikan versi kekaguman kita, kecantikan yang bisa kita terima dengan suka cita akal sehat dan nurani..piye to kalian itu, tentu saja wajahnya, parasnya. setelah cantik adalah tinggi (besar). Aku suka jika istriku berbadan tinggi (besar). Maksudnya bukan Cuma badannya thok yang tinggi, tapi secara dedeg..*opo nek dalam bahasa Indonesia itu*..nek dalam CV sih tinggi badan, ah pokoke tingginya tinggi. Nggak harus setinggi dan sebesar dia..160an naik dan turun dikit, sesuai dengan aku pokoknya *laras maksudku* . (semakin tinggi besar semakin baik..waka ka).

lha nek sudah ketemu tinggi badan, selanjutnya adalah bentuk badan, proporsional indak. Yah kalau harapanku mah maju dada pantat mundur *sama juga to dengan harapane sampeyan2 itu..nggak usah ketawwa, biasa aja, kita laki-laki normal kok* musikus bilang guitar Espanola lah…mmm kukira itu aja..eh sebentar ini soal rambut…*jangan yang begituan yah…* yang lurus2 ajah..

Kedua nih, calon istriku bisa memenuhi kriteria baik secara lahir bathin. Indak banyak-banyak..sehat lahir bathin dan baik secara moral agama. *iya maksudku begitu..hormat suami dan orang tua, ah..masak harus aku sebutkan juga?*

Kalau dua harapan itu sudah..*harapan pa kriteria sih? Jadi bingung* maka yang ketiga adalah aku suka jika calon istriku juga ikut ulet bekerja. Tujuannya jelas untuk memperkuat ekonomi perusahaan kami dikemudian hari..*rumah…rumah!*, selain itu tentunya karena aku menghargainya untuk bisa berkembang secara potensi kodrati, tanpa memeras ataupun memaksa. Aku hanya suka jika istriku mendapatkan kegiatan positif dari segi ekonomis, dengan demikian dia tidak merasa kesepian ataupun aku aku rendahkan, jika hanya berdiam diri saja dirumah. Tidak harus dengan pekerjaan dan penghasilan yang wah, tapi cukup dengan pekerjaan yang bisa meningkatkan potensinya. *jika mendapatkan yang wah juga preferable kok..weekks!*

Jadi apa aku harus menerima dia atau tidak..tinggi besar? tidak…maju dada pantat mundur? Tidak…rambut? Tidak…cantik? Tidak juga…sehat lahir bathin dan juga secara moral agama? Mmm sehat iya…secara pendidikannya juga lebih tinggi dariku..tentunya bathin agamanya lebih bagus, lebih sehat dariku *tapi bukan berarti aku tidak waras..awas ketawa kamu yah*, tingkat magister begitu…jadi sarapan sekolahnya banyakan dia. Terakhir secara potensi dia punya, cuman belum terberdaya, yah karena dia belum mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya.

Ini seperti laga krusial bagiku. Kalau kecolongan gol dimenit-menit akhir bisa menjadikan aku pecundang seumur hidup..dan aku tidak mau hanya karena berbekal kasihan, kemudian ikut menjalani laga penting ini dalam fase final…
Menurut kalian, apakah aku berusaha menerima dia ataukah berusaha lagi mencari yang sesuai atau setidaknya yang mendekati?
how im supposed to get the big tall one...mmmh..ha ha

7 komentar:

  1. wah kalo saya kriterianya dikit aja boss ..
    1] bisa memahami kekurangan saya, soale lebih banyak kekuranganku daripada kelebihan yang tak miliki.
    2] mau berbagi rasa dan suka, berhati dan berjiwa besar nggak sithik-sithik nesu ra jelas .
    3 ] bisa mematuhi hak dan kewajibannya .
    4 ] bisa memberikan keturunan buat saya , percuma ayu lek ra iso meteng :).
    5 ] keluarganya merestui kami, ga enak je urip ra direstuni ...

    BalasHapus
  2. @ antho: boleh2...betul!..tapi mesakke yen dia banyakin ngertiin kamu, *kapan kowe ngerti deweke*
    2. kaqkqkqk...po iyo
    3. lha iyo moral agamane apik kui ntho..he he
    4. (woot) lha sehat jasmani rohani alias sehat lahir bathin iku....(doh)..cubo bayangke iso meteng, ora ayu, malah edan pisan hayo.....(doh)
    6. mmmh ha ha
    siip @antho_hiu...makasih komenege..komeng terus yoh...

    BalasHapus
  3. hiyo pakdhe, menawi purun nggih sumonggo mampir wonten page'e kulo ..

    BalasHapus
  4. @antho...cepakno wedang2 yoh...@pak dhe arep mampir he he

    BalasHapus
  5. tanya sama hati kecilmu
    [karena hati kecilmu nggak akan bohong]

    ...dan manusia diciptakan berpasang-pasangan. sudah ditentukan-NYA, siapa menjadi pasangan siapa.

    Kalo Jodoh gak akan kemana, tapi tetaplah berusaha mencari yg terbaik buat dirimu. sekali lagi: *TANYA HATI KECILMU, saja*

    BalasHapus
  6. @Mya..entahlah mbak...mumet kie...selalu dihadapkan pada dua pilihan..(hiks)

    BalasHapus
  7. Rosenya : apakah sudah dapat tinggi besar,pantat mundur,dada maju ,dan sekelas magister :-D

    BalasHapus