26 Februari 2013

Rerasan

"aku pernah merasakan perasaan lembut terhadap seseorang. aku juga merasakan bahwa perasaan itu sulit sekali hilang. perasaan itu kadang muncul tiba-tiba, seperti tak kenal tempat dan waktu. kemunculannya seringkali menggangguku, kalau tidak bisa dibilang menyiksaku. banyak orang menyebut perasaan itu dengan kata "cinta".

"Dalijo ada, nem?" tanyaku.

"ada mas, bentar yo?" tak lama kemudian ginem memanggil Dalijo, her beloved husband.
terlihat dalijo keluar dari pintu samping rumahnya mengenakan sarung kotak-kotak dengan kaos oblong.
"dhe, tumben malem-malem mampir" kata Dalijo, setengah tersenyum setengah meringis.

"iya Jo, lagi butuh temen ngobrol ki" kataku.

seperti biasa aku dan Dalijo duduk-duduk di dingklik* halaman rumah Dalijo. malam ini udara tidak terlalu dingin. tapi cukup untuk membuatku dan Dalijo nglinting*.

"bentar Dhe, aku masuk kedalam dulu"
tak lama kemudian, Dalijo sudah kembali. dan tak lama kemudian, Ginem keluar dengan membawa dua gelas besar kopi item Temanggungan.

"monggo kopinya mas, ginem kembali ke dalam yo?"

"makasih Nem,"
saat itu lintinganku sudah jadi. tak berapa lama kemudian asap dari lintingan* sudah mulai mengepul.

"Jo..." kataku.

"iyo Dhe..." Dalijo menoleh ke arahku. menungguku melanjutkan kalimatku.

"kemarin malem, aku dapet SMS dari dia. SMS nya menanyakan apakah dia termasuk orang baik atau jahat?"

"Dhe, sampeyan masih berhubungan dengan dia?" tanya Dalijo
aku hanya menganguk singkat.

"masih ada rasa sama dia dhe?"

"entahlah jo, sudah setahun, dan aku kadang masih teringat" asap lintingan meluncur deras dari mulutku. ada sedikit rasa pahit di lidah, "fuh...fuh.." rupanya remukan* mbako* nyangkut di lidah. segera kuseruput kopi untuk menghilangkan rasa pahit mbako.

"Aneh juga jo, saat kalanya aku lupa, tiba-tiba dia muncul. entah itu mimpi, dan minggu-minggu kemarin dia tiba-tiba sms. kalo sudah begitu, aku kalah dengan perasaan itu Jo, kalah..." kusedot lagi lintinganku, kuhembuskan asapnya pelan-pelan. Dalijo mulai menyeruput kopinya.

"bayangkan Jo, saat kau sudah tidak menginginkan sesuatu, bahkan sudah lupa, tiba-tiba sesuatu itu muncul dihadapan kita, yang entah maksudnya apa. semua yang sudah kau simpan rapi menjadi berantakan, dan tidak tahu kapan kita sanggup merapikan lagi." aku menghela nafas. berat.

"dia sms apa Dhe?"

kupandangi dalijo, "sepele Jo.."
"dia bertanya apakah dia termasuk wanita baik atau jahat jo" lanjutku.

"jelas dia wanita jahat dhe, kenapa masih diingat-ingat?" sergah dalijo melotot (dikit). seolah ingin mangatakan kalau aku termasuk pria dengan kategori T, (tolol).

"kenapa kau bisa menuduh dia jahat Jo?" tanyaku, seolah ingin mencari penjelasan yang masuk akal untuk alasan cinta.

"halah dhe, sampeyan ki seperti kura-kura saja. jelas, dia sudah milih orang lain. dia sudah meninggalkan sampeyan dhe, demi orang lain." aku menatap dalijo dengan setengah tidak bergairah. lanjutnya, "dia sudah tidak ada perasaan sama sampeyan. titik."

"lalu, kenapa dia bisa disebut jahat Jo?"

"aku tanya ke sampeyan Dhe, bagaimana perasaan sampeyan saat tahu dia sudah memilih orang lain?"

"tapi kenapa dia tiba-tiba sms Jo?"

Dalijo terdiam, dia cecek* lintingannya.

"Dhe, sampeyan masih ada rasa?" Aku terdiam.

"masih ngarep-arep perasaan sampeyan ke dia berbalas, kan, dhe?"

seolah sudah tahu jawabanku, dalijo melanjutkan perkataannya. "wanita yang model kayak gini itu jahat dhe. pagi masih bergandengan bersama, selisih pendapat sedikit saja, sore harinya sudah menggandeng orang lain." seperti gunung berapi Dalijo berkata. lanjutnya "itu namanya bermain-main dengan perasaan dhe, model yang kayak gini namanya menyakiti perasaan orang lain. dia jelas menyakiti perasaan sampeyan dhe, jelas itu!" galak sekali dalijo malam ini.

"jo, aku tersiksa jo..aku sebenere pengen melupakan dan memulai perasaan baru dengan orang lain. beberapa kali ku coba, tapi kenapa rasa itu selalu menjadi penghalang? seperti mengunciku dalam sebuah ruangan, tanpa ada lubang untuk melihat cahaya. seolah-olah dialah yang memegang kunci ruangan itu."
"dhe, bisa kau bayangkan betapa jahatnya dia sampai-sampai membuat sampeyan terpenjara. hal apa yang bisa melebihi kejahatan selain menyakiti perasaan dhe?"

sebuah perasaan memang tidak bisa dipaksakan. setiap individu memang bebas untuk saling memiliki. namun individu yang begitu mudah mencampakkan perasaan individu yang lain perlu dipertanyakan kebaikan dalam dirinya. setiap individu terlahir dengan sifat baik, jika terbukti dia melakukan kejahatan, bukan berarti dia memiliki sifat jahat, akan tetapi individu itu sengaja menginginkan berbuat berkebalikan dengan sifat baik yang dimilikinya.

"aku tidak tahu wanita baik itu yang seperti apa. tapi menurutmu, apakah wanita yang dengan cepat mencampakkanmu demi orang lain itu adalah wanita baik?"




notes:

* dingklik: kursi panjang (jawa)
* nglinting : ketrampilan tangan menggulung tembakau dengan tangan menggunakan kertas khusus. biasa
disebut juga dengan rokok tangan.
* lintingan : hasil dari nglinting (rokok tangan)
* remukan : istilah jawa yang digunakan untuk menyebut serpihan-serpihan kecil.
* mbako : sebutan yang digunakan untuk menyebut dan menyingkat kata tembakau (jawa)