03 Maret 2012

ini tentang memahami perasaan pasangan

Pagi ini, mendung membuat langit gelap. Hujan sepertinya hanya menghitung detik. Dalijo bergegas bersiap-siap berangkat kerja. Berkali-kali dilihatnya langit lewat kaca jendela rumahnya.
"eealah...makin gelap to langitnya..."
Dikeluarkan motor kesayangannya dari rumah.
"berangkat Jo?" pak Kasman mendorong sorong merahnya yang penuh dengan pupuk kandang.
"iyo pak, waduh pupuknya masih seger" Demi diliatnya pupuk kandang yang menghitam dan berasap.
"emange buah jo, seger?" Balas pak Kasman sambil ketawa.
Dalijo masih sibuk mengikat tali sepatunya. Sepatu konfers kw 1 buatan bandung. dibelinya setahun yang lalu secara on line (busyeenggg..dalijo belanja on line). yah..harap maklum, gaji yang pas-pasan, cenderung sempit membuat dalijo terpaksa membeli produk bajakan.
"wah, berangkat kerjo ya mas?"
Dalijo menengok ke asal suara tersebut, ternyata dari si mbah (bukan mbah dalam arti sebenarnya, tapi nama panggilan untuk tetangga sebelahnya dalijo).
"iya mbah, malah mendung ki, bikin males wae"
Beberapa saat daliojo terlibat percakapan haha-hihi dengan si Mbah. tak berapa lama kemudian Dalijo menghidupkan rx kingnya dan langsung melesat berangkat kerja.
Langit masih mendung, dan sepertinya air hujan tinggal menunggu detik.

***

Kurang puas dengan teh anget pak Alex, Dalijo pergi ke salah satu warung kopi langganannya. Kopi kental dan panas akhir2-akhir ini sering banget dinikmati dalijo (meski kebiasaan ngopi udah dari remaja). Sinambi sedikit menikmati rokok (kebiasaan buruk) masih berlangsung. Apa lagi saat mengalami tekanan hidup yang luar biasa, segelas kecil kopi panas sudah cukup membuat kepala agak plong.

Dalijo teringat kejadian debat dengan Dalinem. Keinginan kuat untuk menemani Dalinem balik ke Semarang ternyata tidak bersambut. Dalinem memilih berangkat sendiri dengan bus. Padahal niat Dalijo hanya sekedar bisa berduaan bersama Dalinem. Toh Dalinem malah milih mending sendiri. Agaknya hal ini membuat dalijo berpikir bahwa memang Dalinem tidak menangkap isyarat keinginnanya itu.
"aku besok berangkat naik bis wae kang" kata Dalinem
"emang kenapa nem?"
"aku gak mau berpanas-panasan naik motor"
"ya kita berangkat pagi to nem?"
"tapi aku kesel kang, pengen naik bus aja biar bisa tidur diperjalanan" Dalinem tetap bersikukuh dengan keputusannnya naik bus.
"kamu gak mau ya dianter pake motor ku?"
"bukan begitu kang,panas diperjalanan."

Malem harinya dalijo menegaskan keinginannya untuk mengantar Dalinem sekaligus bisa menikmati kebersamaan dalam perjalanan berdua. Dalijo memang jarang banget bisa ketemu Dalinem. Jadi moment-moment perjalanan selalu ingin Dalijo manfaatkan untuk selalu bersama Dalinem.
"besok jadi aku antar nem?" kata Dalijo lewat sms.
"aku naik bis wae kang" balas Dalinem.
"apa kamu gak mau tak anter nem?" Dalijo memelas.
"kang, aku capek banget. merasa kedinginan. kemarin waktu aku ke tempat kang dalijo gak pake jaket. aku kedinginan, dan itu masih kerasa sampe sekarang kang. dingin banget, kepala pusing-pusing. aku naik bis aja."
"nem kenapa gak mau tak anter?"
"udahlah kang, gak usah menambah masalah. aku minta pengertian kang Dalijo. jangan menyudutkan aku dengan masalah seperti ini, seolah-olah aku bersalah jika menolak ajakan kang Dalijo. aku pengen berangkat ke Semarang tanpa ganjalan."
Dalijo cuman bengong saja mendengar alasan Dalinem.

***

Pagi jam 5.30 sebuah pesan dari Dalinem masuk.
"kang, aku berangkat sekarang."

Dalijo cuman terdiam membaca sms singkat Dalinem. pagi ini mendung masih menggelayut di langit. air hujan tinggal menunggu detik.


***