18 September 2011

hutang bukan kutang

"asyemmmm...ndasku mumet!"

"mumet kenapa jo?"

"ya ada saja yang bikin mumet, kalo bukan ini ya itu, kalo bukan ini ya itu."

kulihat dalijo garuk-garuk kepala. sarung kumelnya jadi kalung di leher. entah sudah berapa hari belum di cuci. dan aku yakin baunya mirim puntung rokok seminggu. asem..atau kalau tidak ya kecut!.

"kamu kok mbulet-mbulet nek ngomong jo...itu...ini...ini...itu..."

"halaahh...kayak tidak tahu masalahku saja dhe"

logat panjangnya bikin aku melas.

"bukannya kalau mumet itu karena dibikin sendiri jo?"

"maksudnya opo to dhe?"

kali ini sarungnya sudah ditanggalkan.

"hoalahh jo..jo..kamu ini, sudah oake sarung, e.. masih pake celana panjang juga. apa tidak sumpek?" "saking sumpeknya dhe, jadi gak kerasa kalo tadi make celana panjang juga."

aku ketawa mendengar selorohnya.

"aku ini kan kemarin berhutang duit sama bank plecit yang suka keliling itu dhe."

"jadi kamu mumetnya karena utang sama bank?"

"iya, dhe"

"lha kamu ini aneh kok, hutang karepe dewe, kok malah mumet. sudah tahu kalo hutang itu mesti mbayar nyarutang, dan biasane mesti pake kembang, kok ya dilakoni, oalah jo..jo."