23 Mei 2012

elegi

seperti belajar berhitung, dimulai dari angka terkecil dan kemudian berlanjut ke angka yang lebih besar. seperti juga anak kecil yang mulai belajar berjalan. pelan selangkah demi selangkah. mungkin itulah yang dinamakan sebuah proses. proses yang sesungguhnya.
usiaku sudah tidak muda lagi saat ini (untuk anak ukuran abegeh, atau anak kuliahan)sudah terlanjur meluncur tak terkendali. tahun demi tahun terlewati begitu saja tanpa sadar (mungkin sengaja gak sadar kali ya..). tahun yang terlewat menjadi seolah selebrasi hura-hura belaka. kerja, pacaran, dan hobi kadang melenakan semuanya. bayangkan saja, kerja udah tahunan tapi tabungan gak ada. pacaran berkali-kali, yang nyangkut jadi istri nol. punya hobi bukan menghasilkan malah bikin kantong jebol.

yang paling mencolok terkahir adalah momen pacaran. ujung-ujungnya kayak ketipu aja. terlalu serius di awal eh ternyata gagal. sebagai laki-laki berumur jelas aja aku kecewa. waktu berjalan dengan cepat tapi perjalanan malah tersendat. yah...pelajaran yang tak ternilai harganya kalau boleh aku bilang.

"ngopo dhe melamun aja kerjaannya?"

"huhalah...gak tahu ni jo, galau.." mulut melebar.

"galau udah jadi trendmark yah sekarang dhe?" dalijo meringis

"iya ababil punya, menjangkiti golongan tua kolot konservatif, buah!" perangai sewot.

"eh dhe, kemarin kayaknya jalan sama seseorang ya?" dalijo mengedip2kan matanya.

"jalan sama siapa jo?"

"halahh..pura-pura. rambut panjang itu lho?"

"kunti, rambut panjaaangg. hadeeeh.."

"beneran ki dhe, calon ya?"

"mulai nih, ngeledek ya.." aku menghela nafas.

"ahahaha...udah deket dong..kapan ki?" dalijo mrenges.

"gak tahu jo, kayaknya gagal kalo ngeliat gelagatnya."

"lho lho..gagal gimana maksudnya?"

"ya gagal, gagal karena angel, sulit, sukar.." mulai ngegas nih suara.

"emang ceweknya gak mau ya dhe? atau orang tua yang gak setuju?"

"mungkin aku yang salah jo, atau mungkin ini nasib. tak pikir dia siap denganku kapan saja, dimana saja, tapi ternyata tidak begitu nyatanya."

aku berhenti sejenak. memoriku menangkap kepedihan yang syarat dengan kecewa. kenapa semua berjalan tidak sesuai dengan harapan. kenapa dia tidak menganguk saja. menyetujui ajakanku. menyetujui rencanaku. kenapa dia seolah menolakku? sehingga yang kutangkap malah sebenarnya dia mempermainkan perasaanku. sudah tekad bulat aku menjalaninya, tapi tiba-tiba sikap penakut dan (mungkin) pengecutnya meluruhkan semangatku. mungkin dipikirnya aku memaklumi saja penolakannya, mungkin dia berpikir bahwa aku masih anak-anak, atau dia sendiri yang masih anak-anak, penuh dengan sikap labil dan ababil. bagi laki-laki dewasa, diam adalah tanda setuju, dan senyum adalah tanda dukungan. tapi ternyata bagi dia, diamnya dan senyumnya, bermakna sebaliknya. kata-kata yang diucapkan seperti sekedar basa-basi manis yang malah menjadi arsenik dalam tubuhku. makin lama makin menggerogoti keyakinan dan kepercayaanku. lebih parah lagi malah menggerogoti stamina laki-lakiku. ah, kuharap kau tidak mempermainkanku seperti ini. kuharap kau mau mempertanggungjawabkan makna senyum dan diammu itu saat diawal pertemuan. ah...

"mungkin belum saatnya dhe, mungkin Gusti Allah masih ngetest mental sampeyan dan dia, dhe. bukankah untuk menjalani tahap selanjutnya harus ada tes kelulusannya dhe? mungkin kayak sekolah dhe, harus naik grade, dari 1 baru 2, kemudian tiga dan lulus. setelah itu menginjakkan bangku kuliah (kehidupan) yang sesungguhnya. bersabar saja dhe, Gusti Allah lah sang pemilik hati manusia. siapa tahu dia diberi petunjuk dan kalian diberi kemudahan untuk bertemu."

"jo, sesimpel itukah jo?"

"Tidak ada yang tidak mungkin dhe, ingat, terkadang Gusti Allah mencoba kesabaran hamba-Nya. apa yang kita minta, apa yang kita harapkan, tidak sekaligus (mungkin) langsung diberikan kepada kita. tapi melalui test-test cantik yang kita (terkadang) lupa akan hikkmah dibaliknya. yakinlah dhe, jangan lupa berusaha terus dan berdoa sebagai bagian pamungkasnya."

ditepuknya punggungku.

"Gusti Allah Maha membolak-balikkan hati manusia dhe. sekarang belum besok sudah, sekarang tidak besok iya, sekarang tidak siap besok justru menunjukkan kesiapan. berdoalah padanya dhe. di tangan-Nya tidak ada yang tidak mungkin"

sore itu begitu jingga. kulihat sepasang burung tekukur terbang beriringan, hinggap di rerimbunan pohon rambutan. tiba-tiba aku merasa menjadi tekukur itu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar